Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aku Percaya Kebangkitan Orang Mati

Kebangkitan orang mati selalu menjadi pertanyaan besar yang timbul dalam diri manusia.

 “Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?” (Ayub 14:14), demikianlah pernyataan Ayub yang sudah hampir 4000 tahun. 

Pertanyaan itu sendiri sudah dicoba dijawab manusia dimanapun dengan segala argumentasinya. 

Orang ateis yang kebanyakan berpikir dengan dialektika materialisme mengatakan “tidak”. 

Orang agnostik menjawab “tidak tahu”.

Kepercayaan mengenai adanya kebangkitan orang mati sebenarnya hampir ada disemua agama-agama lain. 

Tentu kebangkitan yang dipegang orang percaya beda dan tidak sama dengan kebangkitan yang dipercayai dalam agama-agama lain. 

Misalnya gagasan kebangkitan orang Yunani mereka beranggapan bahwa tubuh sebagai hambatan ke-kehidupan sejati dan mereka mengharapkan saatnya jiwa akan bebas dari kungkungannya. 

Mereka memahami hidup setelah mati sebagai imortalitas jiwa (kekekalan jiwa), konsep ini lazim dianggap ditemukan oleh Socrates atau Plato. 

Kepercayaan lain berpendapat: “manusia akan ber-reinkarnasi (menjelma lagi sebagai makhluk yang lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari karmanya di dunia)”.

Memang tidak dapat dipungkiri ada kelompok-kelompok skeptis atau golongan tertentu yang tidak mempercayai fakta tentang adanya kebangkitan.

Menurut Rasul Paulus orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang paling malang (1 Kor 15:19). 

Pada zaman Tuhan Yesus ada golongan atau kelompok yang tidak percaya akan fakta kebangkitan yaitu golongan atau kelompok orang-orang Saduki (Mrk 12:18). 
Aku percaya kebangkitan
Ilustrasi diambil dari pixabai

Bagi orang percaya kepercayaan akan fakta kebangkitan merupakan konsekuensi logis ketika seseorang mempercayai adanya sorga dan neraka maka mau tidak mau seseorang itu harus percaya adanya kebangkitan orang mati, sebab realitas sorga dan neraka adalah realitas kehidupan yang akan datang.

Pengajaran mengenai kebangkitan orang mati adalah sebuah kebenaran yang sangat prinsip dan fundamental sebab pemahaman yang benar akan hal ini akan menjadi sebuah dasar yang kokoh yang membuat iman seseorang tidak dapat digoyahkan oleh kekuatan-kekuatan apapun bahkan maut sekalipun. 


Seseorang menjadi kokoh dan kuat menghadapi segala tantangan dalam mempertahankan iman dan pengabdiannya kepada Kristus sebab dia tahu hidupnya bukan hanya berakhir didunia ini tapi masih ada kelanjutan dari hidup yang sekarang ini dikekekalan nanti. 

Dengan demikian kehidupan didunia ini adalah satu-satunya kesempatan untuk belajar dan berusaha, hidup seperti yang dikemukakan oleh Rasul Paulus:

“Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam didalam tubuh ini, maupun kami hidup diluarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya (2 Kor 5:9)”.

Mengapa demikian, sebab hidup yang dijalani manusia dimuka bumi ini adalah hidup yang akan dipertanggungjawabkan pada hari kebangkitan nanti, apakah seseorang akan menerima upah atau penghukuman kekal (Yoh 5:28-29). 

Dengan adanya kebangkitan, maka kehidupan manusia sesungguhnya menjadi sebuah kehidupan yang sangat beresiko, karena apa yang manusia jalani dibumi ini menentukan nasib kekalnya nanti.

Pengajaran mengenai kebangkitan juga merupakan berita inti dari pemberitaan rasul-rasul Kristus (Kis 4:33; 17:18; 23:6 24:15,21). 

Jemaat mula-mula bertumbuh dengan begitu cepat dan memiliki cara hidup yang tidak terikat oleh harta kekayaan materi sebenarnya salah satunya disebabkan oleh karena pengharapan mereka akan adanya kebangkitan yang telah dibuktikan dan diperagakan oleh Tuhan Yesus sendiri (Kis 4:32-33). 

Gereja hari ini seharusnya tidak boleh kehilangan berita tentang kebangkitan ini, sebab berita ini akan menentukan kualitas dan jenis orang-orang yang menamakan diri kristen. 


Kalau gereja kehilangan berita tentang kebangkitan ini, maka gereja akan menjadi kumpulan orang-orang yang menghasilkan umat, yang dasar kekristenannya sebenarnya bukan karena ia tertarik dan mengharapkan adanya kebangkitan hidup yang kekal tetapi karena ia mengharapkan hal-hal yang lain yang mungkin justru tidak memiliki keterkaitan dengan bagaimana mempersiapkan kehidupan yang sesungguhnya dikekekalan nanti.

Untuk itu perlulah kiranya kita memahami dengan baik kebenaran mengenai kebangkitan orang mati ini, sehingga dengan pemahaman yang benar dan mendalam akan menghasilkan didalam diri kita suatu gairah dan semangat yang besar untuk melayani Tuhan bagaimanapun keadaannya.

Apakah Dasar Dari Kepercayaan Akan Adanya Kebangkitan Orang Mati?

1. Allah adalah Allah orang Hidup

Tuhan Yesus ketika menghadapi pertanyaan orang-orang saduki yang tidak percaya tentang kebangkitan orang mati, mengutip Firman dalam Keluaran 3:6, firman Tuhan;

"Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." 

Yesus menegaskan bahwa Allah adalah Allah orang hidup bukan Allah orang mati. 

Itu berarti bahwa baik Abraham, Ishak dan Yakub mereka sesungguhnya masih hidup dihadapan Allah, meskipun secara jasmani mereka semua sudah mati (Bnd Luk 20:38).

Pernyataan Tuhan Yesus disini menegaskan  tentang adanya kebangkitan orang mati yang menurut orang saduki hal itu tidak ada.

2. Yesus Kristus Dasar Kebangkitan Itu

Jemaat-jemaat awal banyak dihasilkan dari pemberitaan rasul-rasul mengenai kebangkitan orang mati.

 Walaupun pada waktu itu berita mengenai kebangkitan banyak mendapat respon negatif dari kelompok-kelompok tertentu yang tidak mau menerima ajaran tersebut (Kis 4:1-2). 

Dalam pelayanannya Paulus juga sering berbicara mengenai hal ini dan karena pengajarannya ini ia harus diperhadapkan kepada sidang mahkamah agama orang Yahudi (Kis 23:1-6) ataupun perlawanan dari orang-orang yang tidak percaya.

Karena hal kebangkitan orang mati ini adalah hal yang sangat prinsip, maka kita perlu mengerti dasar yang melandasi kepercayaan dari kebenaran ini.

 Dengan demikian kepercayaan kita bukan sebuah spekulasi tapi sebuah kepastian yang berlandaskan itu pada Injil. 

Paulus berkata kepada jemaat di Roma bahwa Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Rm 1:16-17). 

Berita utama dari Injil yang menyelamatkan itu adalah:  

"Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, Ia telah dikuburkan, Ia telah dibangkitkan pada hari ke-tiga sesuai dengan kitab suci, kemudian Ia menampakkan diri kepada keduabelas murid dan lima ratus murid yang lain (1 Kor 15:1-6)." 

Poin terakhir dari inti berita Injil tersebut adalah mengenai penampakan diri Tuhan Yesus kepada muri-murid. 

Poin ini sangat penting sebab poin ini untuk mematahkan isu atau fitnah yang pernah disebarkan oleh mahkamah agama bahwa Yesus tidak bangkit tetapi mayat-Nya dicuri oleh murid-murid-Nya sendiri (Mat 28:11-15). 

Dalam perjalanan sejarah gereja ada begitu banyak usaha-usaha untuk menyangkal bahwa Yesus benar-benar bangkit dari kematian

Yesus harus membuktikan dihadapan murid-murid bahwa diri-Nya bangkit dan mengalahkan maut, dengan demikian keyakinan mengenai tidak adanya kebangkitan orang mati akan runtuh dengan sendirinya. 

Inilah dasar dan landasan adanya kebangkitan orang mati yaitu kebangkitan Kristus. 

Selanjutnya kebangkitan Kristus ini akan menghasilkan kebangkitan orang-orang percaya yang sudah bebas dari dosa, sebab jika Kristus tidak dibangkitkan maka semua orang akan menuju kepada kebinasaan karena mati dalam dosa dan itu berarti bahwa Misi Yesus untuk menebus manusia dari dosa ternyata gagal.

Dan jika seandainya Yesus tidak dibangkitkan berarti ada yang salah dalam diri Yesus. 

Sama seperti maut masuk kedalam dunia karena satu manusia Adam yang berdosa, maka Yesus harus menjadi Adam yang tidak berdosa untuk dapat dibangkitkan dari kematian dan menjadi sumber kebangkitan orang mati dan Tuhan Yesus telah berhasil membuktikan hal itu.

"dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita (Rm 1:4)."

Maka menjadi jelas bahwa kebangkitan orang mati bukanlah sekedar sebuah kepercayaan khayalan orang-orang beragama, sebab Adam kedua yaitu Yesus Kristus telah membuktikan bahwa kematian dapat dikalahkan dan tidak dapat menahan Dia dari kebangkitan. 

Kebangkitan-Nya selain membuktikan kekudusan-Nya sekaligus juga membuktikan bahwa Yesus tidak pernah mengkhianati keberkenanan Bapa sampai pada akhir hidup-Nya, sehingga Bapa berkenan membangkitkan-Nya dari kematian (Kis 2:32; 3:15,26; Ibr 5:7)

"Sebab Allah tidak membiarkan Orang Kudus-Nya melihat kebinasaan (Kis 2:27).

 Itulah sebabnya Yesus dibangkitkan didalam kemuliaan yang begitu agung (Flp 2:8-11). 

Karena Yesus Anak Allah datang kedalam dunia yang dalam segala hal harus disamakan dengan manusia. 

"Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (Ibr 2:14)."

"Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa (Ibr 2:17)."

Jadi Yesus datang kedunia benar-benar sebagai manusia. 

Dia juga mengalami kematian sebagai manusia dan Dia mengalami kebangkitan juga harus dipandang sebagai manusia yang berkenan kepada Bapa, sehingga dibangkitkan oleh Bapa. 

Jadi Yesus bangkit dari kematian bukan karena ke-Allahan-Nya itu jelas seperti yang dinyatakan oleh Rasul Paulus; 

"Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? (1Kor 15:12).

Dari sini jelas bahwa Kristus bangkit karena dibangkitkan oleh Allah Bapa hal ini sekaligus menjadi dasar pengharapan kita bahwa akan ada kebangkitan orang mati.

 "Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan (1Kor 15:13)."

3. Yesus Kristus Adalah Buah Sulung Kebangkitan.

Alkitab mencatat demikian mengenai hal itu; 

"Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1Kor 15:20)."

Kata “sulung” dalam teks yunani memakai kata απαρχη aparche yang berasal dari kata apo adalah kata preposisi dan archomai yang berarti awal atau membuat sebuah permulaan. 

Kebangkitan Yesus dikatakan sebagai yang sulung berarti kebangkitan-Nya adalah sebuah permulaan atau menjadi sebuah awal dari suatu kebangkitan besar yang nantinya akan terjadi pada hari kedatangan-Nya yang kedua.

"Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan (1Kor 15:23-24)."

Disini ada urut-urutan terjadinya kebangkitan orang mati yaitu Kristus sebagai Buah Sulung kebangkitan kemudian disusul dengan kebangkitan orang-orang kudus atau mereka yang menjadi milik-Nya. Apakah antara kebangkitan orang-orang kudus dan orang-orang yang tidak percaya ada selisih waktu yang cukup lama atau segera sesudah kebangkitan orang-orang kudus terjadi langsung disusul dengan kebangkitan orang-orang yang tidak percaya? Pokok tersebut akan dibahas tersendiri dalam Kebangkitan pertama dan kebangkitan kedua

Dengan kebangkitan Kristus sebagai yang sulung maka dapat dipastikan juga bahwa Allah akan membangkitkan orang-orang yang mati (1 Kor 6:14).

Jadi kebenaran ini yang membuat kita secara pribadi semakin tahu dan percaya akan adanya kebangkitan orang mati.

Kiranya Roh Kudus menolong kita.